LoveTruyen.Me

Bad Calm Boss


Ketukan pintu mengusik pendengaran Nakyung. Matanya mengerjap pelan sambil meregangkan badan. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, tak terasa ia sudah tertidur sekitar 6 jam lamanya.

"Nakyung, kamu belum makan sejak pulang tadi. Makan dulu dan lanjutkan tidurnya nanti" ujar Mamanya dari luar kamar.
"Iya, sebentar" jawabnya dari dalam kamar dengan suara serak. Ah tenggorokannya masih tidak nyaman gara-gara alkohol kemarin.

Setelah mandi dan membersihkan kamar, ia turun ke bawah untuk makan. Dari tangga, ia melihat Papa, Mingyu, Tzuyu dan anaknya tengah menunggu Mamanya selesai memasak. Nakyung memutuskan untuk membantu mamanya menyiapkan lauk daripada bergabung di meja makan. Rasanya masih canggung mengingat kejadian tadi pagi, lagipula wanita itu yakin bahwa kakak dan papanya masih ingin tahu masalah kemarin.

"Ada yang perlu aku bantu ma?" tanya Nakyung mendekat ke sebelah mamanya.
"Taruh ayam yang ada di panci itu ke dalam mangkok dan letakkan di meja makan"

Di sisi lain, Renjun berada di rumahnya menemani Loey bermain. Berdua saja di rumah membuatnya lelah, dari siang hingga sore ini adiknya selalu berlarian kesana kemari, meminta ini itu, mengeluarkan segala mainan hingga Renjun rela menjadi kuda kudaan agar bocah kecil itu tidak menangis.

"Sekarang diam, aku buatkan susu dulu. Jangan kemana-mana!" pinta Renjun setelah menaruh Loey di sofa depan TV. Lelaki itu memutuskan untuk menyalakan televisi agar Loey bisa diam.
"Syap lenjwun" jawab Loey mengangkat jempol tangannya.
"Kakak Renjun" ujar Renjun membenarkan.
"Kakak Lenjun!" tambah Loey kali ini sambil tersenyum manis.

Renjun menggeleng pelan mendengar suara Loey yang sudah riuh di depan televisi. Padahal ia hanya meninggalnya sebentar.
"Lenjun ..."
"Lenjwuuuunnn"
"Lonjunnnn where are u"

"Rrrrrrr Rrrenjun" balas Renjun gemas. Kadang ia heran, apakah sesulit itu mengatakan huruf R?
"Lenjun!" balas Loey tak mau kalah.
"Ini susumu, diam sampai bunda pulang" ujar Renjun memberikan botol susu kepada Loey. Hari ini Wendy, bundanya sedang menemani Chanyeol untuk mendatangi acara pembukaan kantor baru yang tak jauh  dari kantor Renjun. Maka dari itu, Renjun lah yang diminta menemani si bungsu. Winwin? Kakaknya itu dari siang tadi sudah pamit keluar untuk mengisi seminar di salah satu universitas di Jakarta.

Renjun menepuk pelan pantat Loey agar adiknya segera terlelap. Keduanya sekarang bahkan sudah merebahkan diri di sofa. Setelah dari kantor tadi pagi, Renjun sebenarnya sudah lelah. Kantuknya mulai datang sekarang. Tak terasa keduanya sudah terlelap dengan televisi yang masih menyala.

🦊

"Apa Nakyung sudah bercerita pada anda?" tanya Yangyang saat menyalakan komputer.
"Ya, tadi pagi. Tapi saya ingin melihatnya sendiri" jawab Renjun.
"Tunggu sebentar, ini rekaman cctv yang ada di seberang ruang rapat waktu itu. Wajahnya tidak terlalu terlihat disini, hanya punggungnya namun Nakyung mengatakan bahwa nona Lia menggunakan dress ini waktu itu." jelas Yangyang setelah rekaman cctv tersebut diputar. Bahkan lelaki itu menambahkan apa yang sudah dikatakan Nakyung beberapa waktu yang lalu saat Nakyung melihat rekamannya.

"Memang benar rupanya, dress warna peach dan tas hitam" batin Renjun.

"Terima kasih banyak Yangyang, maaf mengganggu liburmu" ujar Renjun setelah mengambil video singkat di ponselnya untuk menjadi barang bukti.
"Tak apa, untung saja saya tadi sudah ada di rumah. Ngomong-ngomong soal Nakyung, ia terlihat sangat menghindari anda setelah kejadian itu. Saya pikir hal itu tidak terlalu baik jika di teruskan, karena bisa jadi terjadi misscom nantinya."
"Terima kasih sarannya, saya akan menghubungi Nakyung nanti"
"Terima kasih kembali Pak"

"Ternyata Lia benar-benar berani denganku," gumam Renjun saat mengetahui Yangyang telah keluar dari ruangannya.

🦊

"Apa kau bermalam di apartemen Renjun kemarin?" tanya Jay tiba-tiba pada saat pertengahan makan malam.
"Uhuk uhuk" Nakyung terbatuk mendengarnya. Apa papanya sudah berubah menjadi cenayang?
"Astaga, minumlah dengan pelan." ujar Mamanya yang melihat Nakyung buru-buru menegak habis minuman di sebelahnya.
"B-bagaimana papa bisa tau?" tanya Nakyung gelagapan.

"Tadi siang Renjun kemari ingin menemui mu, dia menitipkan sesuatu untukmu. Lalu papa tanya saja bagaimana kau bisa mabuk kemarin malam" jelas papanya.
"E-em i-iya aku bermalam di apartemen Renjun. Tapi aku jamin bahwa kami tidak melakukan apapun ! Aku berani bersumpah bahwa dia tidur di sofa malam itu !" balas Nakyung segera sebelum keluarganya berpikir yang tidak-tidak.
"Dia sudah menjelaskannya tadi," ujar Tzuyu
"Tuh kan! aku gak bohong !"

"Tapi kan kamu gak jelasin tadi pagi! Ya mana bisa kita tenang!" balas Tzuyu tak terima. Adiknya ini memang sangat aneh.
"Tapi kan aku sudah menyuruhmu untuk percaya kepadaku!" balas Nakyung kembali.
"Sudah-sudah mama malas mendengar kalian berdua" lerai Junghwa sebelum keduanya mulai berteriak. Setelah makan malam, Nakyung memutuskan untuk duduk menemani mamanya di ruang keluarga.

"Renjun memberikan bingkisan untukmu, coba lihat kotak di ruang tamu" kata mamanya.
"Nanti saja, aku malas dengannya" ujar Nakyung sekenanya.
"Aaaa apa Renjun membuatmu marah? jangan terlalu lama marah ke pacarmu itu" goda Junghwa menaik turunkan alisnya.
"Mama diamlah, jangan menggodaku"
"Sebenarnya mama suka jika kau dekat dengan Renjun. Dia lelaki sopan, lembut dan lucu. Apa kau tak menaruh rasa padanya?" telisik mamanya. Heran saja, dari kuliah saja keduanya selalu bersama. Namun apakah tidak ada hubungan diantara keduanya.

"Lembut? dari ujung bagian mana mama bilang dia lembut?"
"Asal mama tahu ucapannya saja pedas, mungkin memang lembut kepada beberapa orang termasuk mama dan papa. Dia raja pencitraan" tambah Nakyung tak terima.

Junghwa hanya terkikik geli mendengarnya. Bukan berharap keduanya untuk menjalin hubungan, namun Junghwa hanya gemas melihat interaksi Renjun dengan Nakyung. Melihat Renjun yang begitu peduli dan khawatir pada putrinya, tentu saja membuat hatinya menghangat. Ah apakah ia sekarang menjadi seorang shipper? entahlah ia sendiri berharap bahwa ia tak merasakannya sendiri.

"Mama ngantuk, cepat buka kadonya lalu segera beristirahat. Besok kau harus berterima kasih pada Renjun" ujar Junghwa sebelum meninggalkan putrinya.
"Ya" jawab Nakyung singkat.

"Untuk apa dia mengirimkan kado untukku, ini bukan ulang tahunku" gumam Nakyung sambil membawa kotak berwarna coklat muda itu ke kamarnya.
"Let's see,"

🦊

Laki-laki yang tengah duduk berhadapan dengan Jay kini nampak tegang. Pasalnya niatnya untuk bertemu dengan Nakyung malah berubah menjadi wawancara dadakan. Bahkan keringatnya kini mulai meluncur ke bawah dahinya.

"Apa kau bersama Nakyung kemarin malam?" tanya Jay tiba-tiba.
"I-iya" jawab Renjun apa adanya
"Lalu kau tau Nakyung bersama siapa tadi malam? dalam telepon dia bersama seorang laki-laki Jun. Jangan bilang kau tidak bertemu dengannya atau kau memang ada masalah dengan Nakyung" cecar Papa Nakyung.

"Eum tidak, Nakyung tidur bersama saya a-ah maksud saya Nakyung malam itu bersama saya dan tidur di apartemen saya"

"Aish, apa yang aku katakan" ujarnya dalam hati.

"Apa kau tidak melakukan apapun?" telisik Jay, meskipun ia tahu bahwa Renjun tak akan berani melakukan hal yang buruk. Namun ia juga tahu bahwa Renjun juga seorang laki-laki. Pantas jika Jay bertanya demikian.
"Melakukan? O-oh saya tidur di sofa kemarin dan saya pastikan Nakyung aman" cengir Renjun.
"Syukurlah, aku akan lebih lega jika laki-laki itu kamu Jun." ujar Jay kemudian. Untunglah Renjun, jika tidak maka ia tidak akan bisa tenang sebelum Nakyung mau bercerita secara lengkap.

"E-eum apa Nakyung ada di rumah?"
"Dia sedang tidur, sepertinya efek alkohol membuatnya pusing" jawab Tzuyu yang muncul dari dapur.
"Oh hai Kak, apa kabarmu? sudah lama tidak melihatmu" sapa Renjun cepat menghilangkan suasana mencekam di sekitarnya.
"Kau yang jarang kesini Jun, ada apa ka-eh? apa itu?" tanya Tzuyu saat mendapati sebuah kotak di sebelah Renjun.

"I-ini sebenarnya untuk Nakyung, sepertinya mood nya sedang buruk. J-jadi aku hanya ingin memberinya ini untuk kerja kerasnya selama ini di kantor"
"Ekhem perhatian sekali" sahut Junghwa yang tak jauh dari mereka.
"Bukan begitu, tapi Nakyung memang benar-benar berusaha keras untuk pekerjaannya kali ini Tante. Lagipula saya memang memberikan bingkisan pada seluruh karyawan"

"Yakin seluruh karyawan?" tanya Tzuyu jahil.
"Kenapa repot-repot datang kemari? kan di kantor bisa"  goda Jay.

Sial, kenapa malah aku yang dipojokkan ?!

🦊

Bạn đang đọc truyện trên: LoveTruyen.Me