LoveTruyen.Me

Secret

Ingatkan jika ada typo yaa..
Happy reading ♡

✩&💬
.
.
.

1 tahun kemudian...

Begitulah waktu yang terus berputar, tanpa bisa di balikkan. Begitu pula dengan takdir yang mengalir bagaiman mata air.

Dan kehidupan yang seperti air terjun. Walau kau terjatuh dari ketinggian kau akan tetap di tuntut untuk mengalir ke tempat yang lebih rendah.

Sebab itulah manusia. Di suruh untuk merendah di hadapan sang pencipta nya. Dan di beri pelajaran untuk belajar mensyukuri yang di berikan.

Seiring berjalan nya waktu. Mereka mulai kembali pada diri mereka yang lebih kuat. Tanpa melupakan Malvin yang tiada. Namun, mereka merelakan dan mengikhlaskan segala nya.

Kini yang Maudy pelajari adalah. Jangan terlalu berharap pada sesuatu yang sama sekali tidak kekal.

Jangan terlalu bersedih hanya karna kau kehilangan sesuatu yang bahkan bukan milik mu. Serta belajar untuk bersyukur lebih lagi.

Ah iya. Maudy juga belajar bahwa semua nya adalah milik tuhan. Apa pun itu tuhan bisa saja mengambil nya. Kapan pun jika tuhan berkehendak, sedangkan kita yang hanya makhluk nya hanya bisa mengambil pelajaran dan terus bersyukur.

Satu lagi. Bukan nya kita harus melupakan sesuatu, tapi kita cukup dengan merelakan dan mengikhlaskan seperti nya itu sudah cukup. Dan mengingat kembali bahwa tuhan selalu memiliki rencana lebih indah dari pada harapan makhluk nya.

Jikalau pun tuhan mematahkan hati mu. Itu arti nya tuhan sedang menguji mu. Sedang menguatkan hati mu. Jadi teruslah bersyukur.

Tak terlalu banyak yang berubah. Hanya saja semua impian mereka terpenuhi. Dan semua kehidupan menjadi lebih baik.

Aku tidak tau apa yang kalian pikirkan dan pertanyakan. Tapi kali ini Maudy akan menceritakan segala perubahan. Lalu mulai dari mana? Entahlah, kita nikmati saja part kali ini.

Maudy gadis cantik bersurai kecoklat panjang dengan netra coklat yang terlihat sayu nan menenangkan. Berkulit putih serta berpipi chubby.

Gadis kuat dan tegar. Yang memiliki mata elang serta otak yang jenius. Sekitar 6 bulan yang lalu telah resmi menjadi guru BK di SMA Athanius High School. Melalui beberapa tes dan ujian, walau hanya lulusan SMA.

Kabar baik bukan? Bagaimana menurut kalian? Entahlah, kita hanya bisa mendukung Maudy bukan. Walau terkadang masih berharap untuk sosok pria yang ia rindukan setiap hari nya akan datang kembali.

Ah, kalo yang ini kabar baik dari pasangan suami isti. Benar, mereka adalah Lucas dan Yuqi. Tak lama setelah pulang honey mon dari Paris mereka di karunia anak.

"Maudy! Gua gak mau tau, lo harus ketemu sama nih cowo!" Seru Yuqi dari sambungan telpon

"Astagaa! Kok maksa sih?" Sahut Maudy sambil membenarkan jas berwarna pink.

"Sumpah ya. Walau cuma foto belakang nya aja. Keliatan ganteng bangeeet!" Seru Yuqi dengan heboh.

"Sayang si Luqi pipis!" Pekik Lucas yang tidak sengaja terdengar.

"Sudah sana urusin anak aja" ucap Maudy sambil terkekeh.

"Tapi lo harus ketemu!" Seru nya lagi.

"Ok. Tapi sehabis aku berkunjung ke sana" sahut Maudy yang tidak mau ribet.

"Ok. Gua matiin" ucap Yuqi. Setelah itu panggilan terputus.

Anak tampan berkulit putih kemerahan yang mereka beri nama 'Luqi' sekarang telah menginjak usia 4 bulan.

Sungguh sangat menggemaskan. Pipi nya seperti bakpau berselai stroberi. Mata nya juga bulat seperti Yuqi dan hidung nya mancung seperti Lucas. Bibit manusia tampan itu.

"Maudy" panggil bu Naila.

"Iya bu?" Sahut Maudy sambil berdiri.

"Gak ke lapangan? Anak-anal udah pada ngambil foto tuh" ucap bu Naila dengan ramah.

"Iya bu. Nanti saya menyusul" sahut Maudy sambil tersenyum.

"Oh ya sudah kalau begitu, saya duluan"

"Iya bu"

Asal kalian tau Yuqi, Katya dan Lily membuat akun instagram. Yang berisikan foto Maudy. Dan berkenalan secara online.

Jika di rasa mereka ada pemuda tampan dan mapan. Mau tak mau Maudy harus bertemu karna paksaan. Tapi berakhir hanya dengan sebatas teman. Menyakitkan? Itu bagi para pemuda nya:)

Ok. Mari kita beralih pada pasangan yang luar biasa. Benar, mereka adalah Gavin dan Katya.

Kabar gembira juga di bawa oleh kedua sejoli tersebut. Entah bagaimana saat mereka pulang dari Jepang. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah bertunangan. Dan akan menikah pada 3 bulan ke depan.

Sedangkan diri nya? Diri nya tetap seperti itu tidak berubah sama sekali.

Sekarang dia sedang berjalan menyusuri koridor sekolah. Membalas sapaan dan tersenyum pada murid yang ada.

Rambut bagian pinggir yang dia di kuncir menjadi satu. Maudy berjalan dengan anggun menggunakan dress hitam selutut dan di tumpuk dengan cardigan berwarna pink.

Yeah. Beberapa memang bertanya-bertanya mengapa guru nya mengenakan dress hitam selutut? Ini hari kelulusan bukan kematian kan. Lagi pula adik nya lulus di tahun ini!

Lapangan begitu ramai. Dan terlebih pada 4 anak yang tengah tertawa bahagia. Siapa lagi jika bukan Randy, Levy, Adith dan Pujha.

Ah iya. Benar juga. Tepat di hari kelulusan nya Randy memantapkan diri untuk mengungkapkan perasaan nya. Dan melihat senyum nya yang sangat manis, dapat di tebak pasti terbalaskan.

"Randy!" Teriak Maudy sambil melambaikan tangannya.

Sinar matahari membuat benda yang melingkar di jari manis Maudy bersinar. Cincin berharga bagi Maudy.

"Sini kak. Foto bareng!" Seru Randy.

Maudy berlari kecil menuju sang adik. Sesampai nya di hadapan sang adik, Maudy langsung mengacak rambut Randy dengan gemas.

"Selamat atas kelulusannya dengan nilai tertinggi!" Ucap Maudy yang ikut bahagia.

Randy tersenyum pada sang kakak kemudian sekilas mencuri pandang pada Levy.

"Oh. Si kembar datang nih" ucap Maudy saat menemui saudara kembar di dekat nya.

"Pasti nya!" Seru Jay dan Joy bersamaan.

Mereka berfoto bergiliran dan berfoto bersama juga. Hari yang lepas bagi Maudy. Puncak kebahagian mereka ada di hari ini. Setelah menari di bawah hujan kini mereka telah melihat pelangi.

"Kak kita mau hangout di mall. Mau ikut?" Ajak Levy sambil tersenyum ramah.

"Aduuh maaf banget. Kakak gak bisa" ucap Maudy dengan tak enak.

"Gakpapa. Kami paham kok" sahut Jay sambil tersenyum tulus.

"Kakak mau berangkat sekarang kah?" Tanya Randy.

Maudy langsung saja melihat jam di pergelangan tangannya. "Ah iya sekarang deh. Have fun ya semua!" Seru Maudy sambil berjalan ke luar gerbang sekolah.

Omong-omong mungkin ada beberapa yang penasaran bagaimana Randy mengajak Levy untuk berpacaran bukan?

Jika tidak ada tak masalah. Aku akan tetap menceritakan nya. Jadi bacalah. Siapa tau bisa di contoh, tapi aku tidak yakin.

"Levy! Foto bareng" ucap Randy sambil tersenyum tulus.

"Ouuh! Apa arti dari senyuman itu?" Seru Jay dengan nada menggoda.

"Jangan merusak suasana gila!" Seru Joy dengan nada tak santai.

Adith pun memotret sahabat nya. "Gud lah! Keren euy!" Seru Adith sambil mengacungkan jempol nya.

Levy yang sudah ingin berlari menghampiri Adith, guna melihat hasil nya langsung di cegat oleh Randy.

"Levy! Ayo pacaran! Kamu milik ku!" Seru Randy sambil berusaha mengatur ekspresi nya agar terlihat santai.

Tidak hanya mereka ber5 yang terkejut. Murid lain pun ikut terkejut akan perkataan Randy.

"Kok kaya pernyataan? Kaya maksa" sahut Levy dengan wajah polos nya.

Semua menahan tawa, karna wajah polos Levy di tambah jawaban itu. Astaga siapa pun yang berada di posisi Randy pasti malu. Dan siapa pun tolong Randy untuk menghilangkan diri.

"Iya gua ngerti gua banyak kurang nya. Gua juga gak bisa beri perhatian dan gua bukan cowo romantis. Gu-gua tau kalo-" Randy berusaha keras untuk menyadarkan diri nya bahwa diri nya itu sosok laki-laki yang memang pantas di tolak, tapi kalimat nya terpotong oleh Levy.

"Iya. Aku milik kamu. It's ok, aku pacar kamu" sahut Levy sambil tersenyum lalu berlari mengarah pada Adith untuk melihat hasil foto.

Randy membeku di buat nya. Hampir saja ia membuat malu diri nya sendiri. Sedangkan yang lain bersorak ria menanggapi itu.

Kira-kira begitu. Baiklah, lupakan remaja sekolahan itu.

Kembali pada Maudy, wanita itu baru saja keluar dari gerbang sekolah. Mencari keberadaan mobil yang akan mengantar nya ke suatu tempat.

"Maudy!" Pekik sosok pria berpakaian serba hitam dari balik sedan hitam milik nya.

Maudy mengedarkan pandangan nya, sampai ia melihat di seberang jalan ada pemuda yang melambaikan tangannya. Dengan begitu sangat jelas cincin di jari manis pria tersebut nampak mengkilap.

"Dicky!" Sahut Maudy sambil berlari kecil.

Benar. Dia Dicky. Sosok pria yang sudah banyak membantu nnya menemani nya di kala susah.

Pria berhati selembut sutra yang memiliki paras tampan serta tekad sekuat 1000 lapisan baja.

Dicky tersenyum dan langsung masuk kedalam mobil nya. Sedangkan Maudy memasuki mobil bagian belakang.

"Oh Lily lama ga ketemu!" Seru Maudy.

"Bener! Kamu sih sibuk di sekolah" balas Lily.

Dan wanita ini adalah Lily. Kekasih dari seorang Dicky. Yang sempat membuat Dicky hampir gila akan perasaan nya yang tidak karuan.

3 bulan lama nya Lily menetap di korea. Dan selama 3 bulan pula kosong melanda hati Dicky.

Berkali-kali ia mencoba mengisi kekosongan tersebut tak kunjung berhasil. Sampai pria itu jengah dan memberanikan diri untuk menyusul ke korea.

Benar saja. Lily lah alasan kekosongan di hati Dicky. Meraka pun memutuskan untuk menjalinkan hubungan. Waktu mereka pacarana sangatlah singkat, sekitar 2 bulan saja. Lalu Dicky melamarnya. Jadilah setatus mereka sekarang sebagai tunangan. Dicky memang seserius itu dengan Lily. Jika tidak mana mungkin Dicky mau menyusul ke korea bukan.

"Kita langsung ke perbukitannya gak?" Tanya Lily.

Dicky pria itu hanya diam. Dia juga sudah melajukan mobil nya dalam kecepatan sedang.

"Kita mampir ke toko bunga ku dulu terus ke pemakaman bentar" ucap Maudy dengan senyum sendu nya dan melepaskan cardigan pink nya.

"Ok"

Kalian tau? Nyata nya kita harus merasakan kehilangan terlebih dahulu baru bisa merasakan betapa besarnya kita mencintai seseorang. Contoh nya Dicky dan Lily.

Oh iya. Omong-omong toko bunga kini masih milik Maudy, hanya saja yang mengurus orang lain.

Choi Yuna nama nya. Wanita bersuami keturunan korea yang tinggal di daerah toko bunga milik Maudy. Sudah sekitar 7 bulan Yuna bekerja untuk Maudy, untuk mengisi waktu luang nya.

※●※

Semilir angin menghembus di wajah Maudy mengenakan drees hitam selutut dengan 1 buket baby's breath di tangan nya.

Senyum nya masih setia menghiasi wajahnya, namun sayang tak dapat terpungkiri sakit di hatinya sangat nyata. Membuat wajah ny sedikit sendu.

Ia terdiam menatap nisan di depannya. Ia berjongkok kemudian mengusap pelan batu nisan yang sangat ia kenali.

Ia mendongakkan kepalanya menghadap langit, menghirup nafas lalu menunduk seraya menghembuskan nafas nya.

"Haay.. Apa kabar? Kau pasti senang yaa di sana? Kau bahagian kan? Huh" perempuan itu menaruh buket yang ia bawa di atas gundukan tanah di hadapannya.

"Akuu yaa? Aku baik - baik saja, benar sangat baik. Banyak orang baik di sekitar ku. Sungguh aku baik - baik saja. Jadi jangan terlalu mengkhawatikan aku di sana. Tenang saja" suara Maudy mulai bergetar.

Ia menenggelamkan wajahnya di tangannya yang di silangkan di atas lutut nya. Bahu nya bergetar menangis dalam diam di hadapan makam pria yang ia cintai.

Dicky dengan baju serba hitam dengan kacamata yang menutupi matanya serta payung hitam di tangan nya menghembuskan nafas sedikit kasar.

"Berhenti menangis. Kau malah akan membuatnya merasa bersalah karna meninggalkan seorang perempuan di sini" ucap Dicky, sembari memayungi lawan bicaranya.

Maudy menyerka air matanya, berdiri menghadapi Dicky. Seolah tidak terjadi apa apa.

"Siapa yang menangis? Aku hanya cegukan tadi" kilah Maudy.

"Tidak menangis? Tapi kenapa wajahmu sembab begitu. Dasar" ucap pria.

"Jangan menangis. Aku tidak suka" gumam sang pria namun, dapat di dengar perempuan tadi.

"Apa? Kenapa?" Tanya perempuan tadi, mencoba memastikan apa yang ia dengar.

"Apa nya yang apa? Dan apanya yang kenapa?" Tanya Dicky. sok bodoh lo bambank:v

"Dengar yaa.. Jangan menangis seperti itu. Bagaimana kalau dia bangkit dari kubur dan menggentayangi ku, karna dia pikir akulah yang membuat mu menangis. Aku tidak mau" kilah Dicky sembari menghibur.

"Kau ini, yang benar saja" tawa Maudy.

Dicky tersenyum simpul melihat perempuan yang ada di samping nya tertawa bahagia.

"Mau pergi sekarang?" Tanya Dicky.

Sekilas Maudy menoleh sembari mengangguk, kemudian kembali menatap makam di hadapan nya.

"Aku pulang yaa" ucap Maudy, kemudia berjalan mendahului Dicky.

Dicky tersenyum sedikit sendu menatap makam yang ada di hadapan nya sebelum berjalan menyusul Maudy.

Maudy dan Dicky memasuki mobil. Dengan Lily yang fokus pada handphone nya.

"Yak! Ayo kita pulang!" Seru Maudy sambil meregangkan otot nya.

"Big no!" Sahut Lily dengan cepet sambil menyilangkan tangannya.

"Yang ini kek nya oke nih" sambung Lily yang fokus pada handphone nya.

Maudy hanya bisa pasrah saja. "Ok" singkatnya.

"Mr. MD itu namanya" ucap Lily yang masih fokus pada handphone nya.

Tersenyum tipis. Maudy pun mengangguk kecil. "Iyaa" sahutnya.

Dicky yang merasa gemas akan tingkah Lily langsung mengacak rambut panjang Lily dengan gemas.

"Fokus saja pada jalanan kyy" ucap Lily sambil cemberut karna rambutnya berantakan.

Melihat tingkah Dicky dan Lily membuat Maudy geleng - geleng. Sekilas ingatan tentang diri nya dulu bersama Malvin melintas di kepala nya tanpa permisi.

Maudy memalingkan wajahnya menatap keluar jendela dan memasang aerphon ke telinganya. Lagu Winter Bear lah yang terputar.

Jika dulu Maudy akan meneteskan air matanya. Tidak lagi untuk saat ini, Maudy malah akan tersenyum dan bersyukur. Karna hanya ingatan baik dan kenangan indah yang ada. Benar Maudy harus bersyukur.

Melihat lalu lalang mobil yang berwarna hitam dan putih mengingatkan akan bagaimana jika mereka bosan akan menghitung mobil. Malvin yang hitam dan Maudy yang putih.

Mulai sudah. Kepala Maudy di penuhi akan kenangan masalalu. Berputar secara abstrak bak film dokumentasi.

Tunggu, jalanan ini sangat tidak asing! Benar! Malvin pernah mengajak nya ke sini. Perbukitan pinggiran kota. Dari sekian banyak tempat kenapa juga harus di sini?

Lagi, kilasan ingatan tentang Malvin, senyuman khas Malvin, serta percakapan Malvin tentang para bintang kembali memenuhi pikirannya.

Maudy termenung dalam pikiran nya sendiri. Melupakan segala kenyataan hidup nya.

"Dy"

"Dyy"

"Maudyy!" Seru Lily yang tak kunjung mendapat jawaban.

"Ah iya?" Maudy langsung melepaskan aerphon nya.

"Kita udah sampai" ucap Lily dengan sabar. "Kenapa sih?" Tanya Lily yang menyadari tatapan sendu milik Maudy.

"Sebenar nya tempat ini-"

"Tempat favoritnya Malvin" potong Dicky sambil mengintip dari spion.

"Ah iya juga ya" sahut Lily yang benar-benar baru menyadari nya.

"Kamu gak apa kah dy? Mau batalin aja?" Tanya Lily dengan nada tak nyaman. "Dih ini pake acara spam lagi" kesal Lily.

Maudy menggelengkan kepalanya. "Mungkin ini memang saat nya aku buat buka hati Li, lagi pula aku juga udah lama gak ke sini" ucap Maudy sambil tersenyum.

"Ya udah kita pisah disini" ucap Dicky.

"Lo bisa ke bukit nya sendiri?" Tanya Dicky pada Maudy.

"Bisa kok" sahut Maudy.

"Yaudah deh. Kalo gitu gua sama Lily nunggu di cafe sebelah sana" ucap Dicky sambil menunjuk cafe di sebelah kiri jalanan dari tempat mereka.

"Ok" sahut Maudy dan turun dari mobil.

"Kalau ada apa-apa atau dia macam-macam hubungin kita yaa" ucap Lily dari dalam mobil.

"Iyaa!" Seru Maudy yang sudah berjalan memasuki area perbukitan.

Membiarkan gadis bersurai kecoklatan itu turun. Mereka tidaklah langsung beranjak.

Mereka berdua diam. Lalu saling pandang, bertukar senyuman.

Lantas, tangan kekar itu terulur, mengelus surai legam si gadis. "Kalian hebat. Gak salah kalo urusan ginian di kasih ke cewek" ucap Dicky memandang Lily sangat dalam.

Lily mendecak kecil. Lantas, membuat Dicky menarik tangannya. Menatap si gadis dengan kening yang mengerut. "Kenapa?" Tanyanya.

"Kalian tuh. Kalian yang rencanain, kenapa pula kami para cewek yang ribet" kesal Lily.

"Ya minta tolong gitu. Bagi tugas laah" ucap Dicky sambil tercengir.

Memutar bola matanya dengan malas. "Ya sudah, ayo kita ke cafe seberang. Biar aku hubungi yang lain" ucap Lily yang di balas senyuman tulus dari Dicky.

★★★

Tidak ada salah nya kan jika Maudy mau membuka hati nya lagi? Tidak masalah kan? Toh tidak bisa melupakan bukan berarti tidak boleh merasakan cinta lagi.

Maudy memasuki area perbukitan. Suasana di sini masih sama. Rerumputan hijau yang segar, bunga-bunga yang berada di sepanjang jalan pun masih sama begitu pula dengan pepohonan yang rimbun.

Ah, pohon oak yang besar nan rimbun pun masih sama.

Ada yang berbeda pikir Maudy. Kazebo yang ada, agaknya baru saja di bangun. Itu sangat bagus.

Sampai Maudy mendapatkan sosok pria yang membelakangi dirinya. Pria yang belum terlihat wajah nya, dan berdiri tegap. Memang benar, dari belakang aja udah tampan.

Deeg...

Apa ini? Perasaan apa ini? Saat angin mengelus pelan rambut pria tersebut mengingatkan Maudy pada sosok pria yang ia kasihi.

Poster tubuh nya juga benar-baner sama. Bahkan cara berdiri juga sama. Tidak! Ini mustahil.

Maudy menggelng-gelngkan kepalanya. Menepis segala terkaannya yang tidak masuk akal. Maudy pun menghela nafas pelan dan tersenyum lebar dengan tulus.

"Permisi. Apa benar anda Mr. MD? Itu akun instagram anda bukan?" Tanya Maudy.

Pria tersebut pun perlahan membalikkan tubuhnya. Tersenyum ramah pada Maudy.

Dan hal itu serta wajah yang Maudy lihat sekarang, membuat Maudy syok dan terkejut.

Saking terkejut nya, Maudy menutup mulut nya mengenakan tangannya, mata nya juga mulai berkaca-kaca. Selangkah mundur Maudy ambil karna syok.

Dengan tatapan sendu, pria tersebut berusaha keras untuk tersenyum. "Hay my princess, i really miss you"









Up lagii.

Mampus deh siapa tuh yang di atas? Kek nya tebak ya kan:v

Terserahlah. Cuman mau mengingatkan untuk klik bintang buat VOTE dan jangan lupa juga buat KOMEN.

See you next time..

Bạn đang đọc truyện trên: LoveTruyen.Me